Minggu, 24 Agustus 2014

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”N’’ GESTASI 15 MINGGU DUA HARI DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR TANGGAL 19-20 APRIL 2006 (A-004)

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan berupa komplikasi yang disebabkan oleh abortus, namun demikian kematian ibu yang disebabkan komplikasi abortus sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan sehingga data otentik sulit diperoleh. (http://www.Pikiranrakyat.com/cetak 07/02/27)
Menurut WHO di Amerika Selatan tahun 1998, angka kematian ibu berkisar 210/100.000 kelahiran hidup sedangkan berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia pada tahun 2003 angka kematian ibu berkisar 307/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2005 angka kematian ibu masih berkisar 290,8/100.000 kelahiran hidup dengan beberapa faktor penyebabnya yaitu perdarahan 40-50%, preeklamsia   dan eklamsia 20-30%, infeksi jalan lahir 20-30% (http//www.Hidayatullah.com.id/indeks diakses 16 Maret 2006)
1
 
Diwilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Resiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara 1 sampai 250, Negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah Abortus di Indonesia masih cukup tinggi (http://www.pikiranrakyat.com 07/02/27, diakses 27 April 2006).
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dimana terdapat 290,8 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukkan pelayanan kesehatan ibu belum               memadai, sebaliknya Angka Kematian Ibu (AKI) yang rendah     merupakan indikator semakin membaiknya pelayanan kesehatan (http//www.Hidayatullah.com.id/ indeks Diakses 16 Maret 2006)
 Di Sulawesi Selatan berdasarkan data yang diperoleh dari Subdin KIA Dinas Kesehatan Tingkat I dari bulan Januari sampai Desember pada tahun 2004 tercatat 1.852 mengalami Abortus dari 151.168 kehamilan. Sedangkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang menjadi lokasi dalam pengambilan data, berdasarkan hasil catatan Medik dari bulan Januari sampai Desember 2004 tercatat jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya sebanyak 2.464 orang, dari jumlah ibu hamil tersebut ditemukan kasus Abortus 127 orang (5,15%), diantaranya abortus inkomplit 69 orang (2,80 %), abortus imminens 58 orang (2,35%).sedangkan pada bulan Januari sampai  Desember  2005 terjadi peningkatan dari 2.048 ibu yang memeriksakan kehamilannya ditemukan kasus abortus 268 orang (13,08%), diantaranya abortus inkomplit 210 orang (10,25%), abortus imminens 58 orang (21,64%). Kejadian tersebut menunjukkan bahwa abortus inkomplit merupakan masalah yang memerlukan penanganan untuk menjadi suatu prioritas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.

Masih tingginya angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan yang diantaranya disebabkan karena abortus memberi motivasi bagi penulis untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada kasus abortus inkomplit. 

Untuk mendapatkan artikel/KTI lengkap kami silahkan lihat/klik di FORMULIR PEMESANAN

Penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap perubahan berat badan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar (A-003)

BAB I

 
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran sekitar 5.000.000 /tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti. (Manuaba I.B.G, 1998, hal 437).
1
 
Visi keluarga berkualitas 2015 yaitu untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga merupakan titik sentral pembangunan. Oleh karena itu, harus dipenuhi kebutuhan pokoknya serta menjamin kesehatan jasmani, rohani dan sosialnya. Kemudian keluarga dikembangkan kemampuan dan pengetahuannya agar memiliki wawasan ke depan. Peduli dan kreatif sehingga berperilaku tidak tergantung pada orang lain. (Saifuddin, 2003).
Program keluarga berencana mengalami perkembangan pesat baik ditinjau dari sudut tujuan ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran (Wiknjosastro H, 1999, hal.901).
Jumlah penduduk  Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan  yang cukup signifikan. Berdasarkan  data hasil sensus penduduk  tahun 2000 mengatakan bahwa secara keseluruhan  penduduk Indonesia berjumlah  282 juta jiwa yang meningkat 3 kali lipat dari jumlah penduduk pada tahun 1961 (http://www.google.com.id, diakses 3 Mei 2006 ).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat pelaporan dan Statistik Nasional  melaporkan  bahwa jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2004 secara Nasional  tercatat sebanyak 38.783.315 pasangan. Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama dengan jumlah PUS sebanyak 7.183.362 pasangan, disusul Provinsi jawa Timur dengan sebanyak 7.178.007 pasangan. Sedangkan Provinsi Irian Jaya Barat menempati posisi terahkir dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak  93.747 pasangan (Rek.prop/R/I/KS/2005, diakses 3 Mei 2006).
Berdasarkan hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah penduduk provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 7.379.370 jiwa sementara jumlah peserta KB baru presentase kumulatif permix alat kontrasepsi untuk tahun 2005 sebanyak 132.435 (91,52%) terhadap perkiraan minat peserta KB baru sebanyak 144.702 atau rata-rata tiap bulannya diperoleh peserta KB baru sejumlah 11.036. Jika dilihat persentase pencapaian permix kontrasepsi tertinggi adalah pemakai alat kontasepsi suntikan sebanyak 69.862 (52,75%), kemudian disusul pemakai pil sejumlah 47.804 (36,09%) terhadap keseluruhan pencapaian peserta KB baru sebanyak 132.435 jika dibandingkan dengan pencapaian peserta KB baru tahun 2004 dengan tahun 2005 maka terjadi kenaikan sejumlah 37.743 (39,86%). (Data BKKBN Provinsi SulSel 2005).
Sementara data yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan sampai bulan Juli 2005 mengatakan bahwa jumlah dan presentase kumulatif permix alat kontrasepsi adalah alat kontrasepsi pil 209.186 (42,20%), suntik 206.887 (41,73%), implan 43.371 (8,75%), IUD 6.179 (5,23%), MOW 4.873 (0,97%) dan MOP 731 (0,13%). Untuk tahun 2005 persentase terbesar pengguna alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh pasangan usia subur adalah alat kontrasepsi hormonal yaitu berturut-turut pil kemudian suntik dan menyusul implan.
Walaupun tingkat kelahiran dapat ditekan dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk, namun tidak dapat dihindari timbulnya dampak lain akibat penggunaan alat kontrasepsi khususnya penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai efek samping, salah satunya adalah perubahan berat badan (Hartanto H, 2004, hal.140, 171).
Hubungan antara kontrasepsi hormonal dengan bertambahnya berat badan adalah jelas terbukti pada suatu penelitian. Hal ini jelas merupakan masalah persepsi. Sebagian besar wanita mengalami peningkatan berat badan seiring meningkatnya usia mereka. Keadaan tersebut akan diperberat apabila seorang wanita mengkonsumsi kontrasepsi hormonal baik itu kontrasepsi oral ataupun tidak. (Speroff L dan Darney P, 2003, hal.93). Selain itu juga disebabkan oleh retensi cairan, nafsu makan yang bertambah, kurang berolahraga dan juga hormon (Hartanto H, 2004, hal.140).
Berat badan yang bertambah umumnya tidak terlalu besar, hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama (Hartanto H, hal.171).
Sesuai dengan pengamatan peneliti di masyarakat dari semua kontrasepsi yang ada, baik metode hormonal maupun non hormonal, yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah metode kontrasepsi hormonal dan dari beberapa pemakaian kontrasepsi hormonal mengalami perubahan berat badan (Cunningham F.G, Donal M, Gant, 1995).

Sehubungan dengan hal diatas maka penulis tertarik untuk meneliti penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap perubahan berat badan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

Untuk mendapatkan artikel/KTI lengkap kami silahkan lihat/klik di FORMULIR PEMESANAN

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi “V” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Puskesmas Bara-Baraya Makassar (A-002)


 
1
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama terhadap perinatal dan neonatal. Karena bayi tersebut mudah mengalami gangguan pernapasan, suhu badan rendah sering sesak napas, kejang dan infeksi, sehingga kalau tidak segera ditolong menyebabkan kematian. Banyak BBLR di negara berkembang dengan Intra Uterine Growth Retardation sebagai akibat ibu dengan status gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakti menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau ketika hamil (http://www.depkes.go.id/indeks.php.option, diakses 1 April 2006).
Kejadian berat badan lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6-10,8%, dinegara berkembang antara 10-43% dengan rasio antara negara maju dengan negara berkembang antara 1:4 (Mochtar R, 1998, hal.449).
Di tingkat ASEAN, angka kematian bayi di Indonesia tahun 2004 adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan angka kematian bayi Malaysia hampir 2 kali dibandingkan dengan Thailand dan 1.3 kali dibandingkan dengan Philipina (Depkes RI, Hak-Hak Indonesia Belum Terpenuhi, 2004, diakses 1 April 2006).
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2003-2004, pada skala nasional juga masih terjadi kesenjangan kematian bayi antara propinsi dengan variasi sangat besar yaitu Propinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000 kelahiran hidup (tertinggi) dan propinsi D.I. Yogyakarta mencapai 23 per 1.000 kelahiran hidup (terendah) sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur di bawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahr rendah. Diperkirakan setiap tahunnya 400.000 bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (http://www. depkes RI, Hak-Hak Anak Indonesia Belum Terpenuhi , diakses 1 April 2006).
Data yang didapatkan dari profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 jumlah bayi lahir dengan BBLR sekitar 1.700 per 113.782 kelahiran hidup (1,49%) dan jumlah bayi lahir yang lahir mati diakibatkan oleh BBLR sekitar 741 per 114.523 kelahiran (0,65%).
Pada tahun 2005 di Makassar tercatat 135 BBLR per 112,082 bayi lahir hidup (98,65%) (Profil Kesehatan, 2005).
Dari bagian pencatatan dan pelaporan Puskesmas Bara-Baraya Makassar Tahun 2005 didapatkan 1.348 jumlah kelahiran hidup dari jumlah kelahiran ini didapatkan 74 bayi yang mengalami BBLR (0,05%).
Tingginya morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya tergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infant (Bayi Berat Lahir Rendah, BBLR) (Surasmi A. dkk, 2003, hal.23).

Berdasarkan kejadian BBLR yang masih tinggi, maka penulis merasa tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi “V” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Puskesmas Bara-Baraya Makassar.

Untuk mendapatkan artikel/KTI lengkap kami silahkan lihat/klik di FORMULIR PEMESANAN

Asuhan Kebidanan Ny “ F ” Kehamilan 8 minggu 2 hari dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di RSUD Syekh Yusuf Gowa tanggal 28 – 30 Agustus 2012 (A-001)

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
          Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar dan sering timbul pada kehamilan trimester I (pertama). Mual biasanya terjadi pada pagi hari ( morning sickness ), tetapi dapat pula timbul seriap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80 % primigravida dan 40 – 60 % multigravida. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG ( Human Chorionic Gonadotropin ) dalam serum. (Prawirohardjo S, 2007)
          Setelah World Health Organisation (WHO) melakukan penelitian diseluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99%. (Supari F, 2006). Diakses tanggal 21 Juli 2010.
          Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka kematian ibu masih terbilang tinggi, yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Ibu meninggal terutama terjadi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sesuai tujuan pembangunan milenium (MDG), angka kematian ibu (AKI) pada 2015 ditargetkan turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. (Irianto T, 2011). Diakses tanggal 7 Juli 2011.
          Dari data yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 angka kematian ibu sejumlah 166 orang dan penyebab terbanyak perdarahan 55 orang (47,4%), hipertensi dalam kehamilan 25 orang (21,5%), infeksi 2 orang (1,7%), abortus 3 orang (2,5%), dan penyebab lainnya 31 orang (26,7%). Salah satu penyebab lain adalah hiperemesis gravidarum. (Profil Dinas Kesehatan, 2011)
          Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD Syekh Yusuf Gowa, jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada tahun 2011 sebanyak 720 orang dan penderita hiperemesis gravidarum yang dirawat selama bulan januari sampai desember 2011 sebanyak 35 orang (4,86%) sedangkan pada tahun 2012 jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya sebanyak 352 orang dan penderita hiperemesis gravidarum yang dirawat selama bulan Januari sampai mei 2012 sebanyak 30 orang (8,52%). Dengan demikian, tidak terjadi peningkatan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di RSUD Syekh Yusuf Gowa.

          Dari data tersebut menunjukkan bahwa jika tidak mendapatkan penanganan yang baik keadaan dapat menjadi lebih buruk dan dapat mengancam kehidupan ibu dan janin. Berdasarkan fenomena diatas penulis merasa termotivasi untuk menulusuri lebih lanjut melalui Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Ny “ F Kehamilan 8 minggu 2 hari dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di RSUD yekh Yusuf Gowa tanggal 2830 Agustus 2012.

Untuk mendapatkan artikel/KTI lengkap kami silahkan lihat/klik di FORMULIR PEMESANAN

Formulir Pemesanan

Untuk mendapatkan artikel lengkap kami mulai dari BAB I - BAB VI, anda cukup mengganti biaya jasa sebesar Rp. 50.000,- /KTI. 
dan untuk pemesanan cukup sms ke 085233496849. Dengan menyertakan kode Di Belakang Judul, mis : A-001, A-002 

Produk kami dalam bentuk file microsoft word, jadi anda mudah untuk merubah/mengeditnya. Anda cukup merubah tanggal, tempat, dan waktu penelitian, maka anda sudah mendapatkan sebuah KTI baru sesuai dengan yang anda butuhkan, jadi untuk apa lagi anda harus bersusah payah menyusun KTI dari awal yang tentunya memerlukan banyak pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya. 

Untuk lebih menyakinkan anda akan produk kami, maka apabila anda serius ingin memperoleh produk kami, maka kami akan terlebih dahulu mengirimkan produk kami ke e-mail anda, setelah itu barulah anda melakukan pembayaran. 

Agar lebih memudahkan anda melakukan pembayaran kami menyediakan 2 pilihan pembayaran, yaitu : 
  1. Transfer Dana ke No. Rekening Bank BRI (No. Rekening akan di infokan via e-mail atau sms)
  2. Dengan melakukan transfer pulsa ke no 085 233 496 849 (Telkomsel / AS)

Selasa, 24 Desember 2013

Makalah Epidemiologi "Malaria"

BAB I
PENDAHULUAN
      A.   Latar Belakang
Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk.

     B.   Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan penyakit malaria ?
2.    Apakah etiologi penyakit malaria ?
3.    Seperti  apa gejala klinis penyakit malaria ?
4.    Bagaimana patofisiologi penyakit malaria ?
5.    Bagaimana epidemiologi penyakit malaria ?
6.    Bagaimana penanganan penyakit malaria ?
       C.   Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing, selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk membuka wawasan dan cara berpikir kita agar dapat memahami berapa pentingnya menjaga kesehatan.



BAB II
PEMBAHASAN
      A.   Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah salah satu dari jenis penyakit menular dan disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan ( gigitan) nyamuk Anopheles spp.
      B.   Etiologi
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
a.    Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
b.    Plasmodium vivax 
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).
c.    Plasmodium malariae 
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.  
d.    Plasmodium ovale 
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale.

      C.   Gejala Klinis
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari demam. Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut :
1.    Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat
2.    Nafsu makan menurun
3.     Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah
4.    Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum
5.    Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa
6.    Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran
7.    Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
            Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu:
1.    Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium dingin, stadium demam, dan stadium berkeringat
2.    Splenomegali (pembengkakan limpa)
3.    Anemi yang disertai malaise
4.    Patofisiologi
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum.
      D.   Patofisiologi
Penyakit malaria seperti yang telah diterangkan di atas bahwa merupakan salah satu jenis penyakit menular. Cara penularan penyakit malaria ini adalah ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria
 ( anopheles ). Bila nyamuk anopheles ini mengigit orang yang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak. Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka parasit tersebut akan di tularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang biak, menyerang sel-sel darah merah. Dalam waktu kurang lebih 12 hari orang tersebut akan terserang penyakit malaria.

      E.   Epidemiologi
1.    Orang
Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh karena penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di luar Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan angka kematian yang lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa.
Penelitian Yulius (2007) dengan desain case series di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan, kelompok umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan >45 tahun 35 orang (9,1%).20 Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006) tahun 1999 di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang diteliti, 44% berasal dari pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada PNS/TNI/POLRI.
 Penelitian Sunarsih, dkk tahun 2004-2007 dengan desain kasus kontrol, kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang banyak diderita responden berumur 21-25 tahun (17,6%), umur 36-40 tahun (14,7%). Namun secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan bahwa penyakit malaria menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80 orang mempunyai jenis kelamin laki-laki (58,8%), perempuan 41,2% (56 orang).
2.    Tempat
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS (Argentina).Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia).
Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang positif malaria terdapat 53 (98,1 %) responden yang mempunyai tempat tinggal dengan jarak kurang dari 200 m dari hutan/kebun/semak-semak/sawah dan 1 (1,9 %) responden yang mempunyai tempat tinggal yang berjarak lebih dari 200 m. Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak terbang maksimum nyamuk
3.    Waktu
Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006), di Propinsi Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun (selama tahun 1996-2000). Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking ke-7 dari 10 penyakit terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data laporan bulanan malaria, kejadian malaria di Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) terjadi peningkatan malaria, yaitu dari 12,8 ‰ tahun 2003 meningkat menjadi 14,3 ‰ tahun 2004 dan 25,4 ‰ tahun 2005.
             F.    Penanganan
1.    Pencegahan
a.    Menghindari gigitan nyamuk, tidur memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk, memakai obat oles anti nyamuk, pasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, mengurangi berada di luar rumah pada malam hari.
b.    Pengobatan pencegahan, 2 hari sebelum berangkat ke daerah malaria,dengan pemberian obat yaitu minum obat doksisilin 1 x 1 kapsul / hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
c.    Membersihkan lingkungan, menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan.
d.    Menebarkan pemakan jentik, menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair.
2.    Pengobatan
                  Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan jerman berhasil menemukan atabrine (quinacrine hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah,Beberapa jenis obat yang dikenal umum adalah :
a.    Obat standar: klorokuin dan primakuin
b.     Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)
c.     Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus)
d.    Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc)
e.     obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.


BAB III
PENUTUP

      A.   Kesimpulan
Penyakit malaria adalah salah satu dari jenis penyakit menular dan disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan ( gigitan) nyamuk Anopheles spp.
Cara penularan penyakit malaria ini adalah ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria ( anopheles ).

      B.   Saran
Disarankan agar pemerintah dapat memperhatikan kondisi rakyat kecil yang sangat rentan terkena penyakit malaria sebelum terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan juga diharapkan kepada petugas kesehatan agar selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat mencegah penyakit malaria.